0 items / $0.00
nomadletterpress

Uang, Kebahagiaan dan Sedekah

Uang, Kebahagiaan dan Sedekah

Sebuah postingan berasal dari J Seno Aditya Utama di Tabloid Kontan edisi 30 Oktober – 5 November 2017 yang berjudul “Uang dan Kebahagiaan: Budaya Memberi” menarik perhatian saya. Dalam postingan ini Seno menyampaikan bagaimana peran duwit dalam hidup dan beberapa temuan peneliti tentang uang. Dan lebih menarik kembali dikala duwit dihubungkan bersama kebahagiaan.

Seno mengutip hasil riset sebagai berikut:

Ada pertalian pada tingkat pendapatan dan kepuasan hidup, tetapi rendah (Diener & Biswas-Diener, 2002).
Pendapatan yang tinggi terjalin bersama kepuasan hati yang baik merupakan ilusi. (Kahneman, 2006).
Menggunakan duwit untuk keperluan kesejahteraan orang lain adalah satu di pada banyak variasi cara sehingga duwit mendatangkan kebahagiaan (prosocial spending). Bentuknya banyak variasi layaknya berikan duwit pada acara keagamaan, membayari kawan makn siang, berikan duwit pada peminta-minta, memberi tambahan duwit melalui lembaga sosial (Dunn dkk, 2014).
Memberi mendatangkan kebahagiaan dikarenakan bersama berikan maka kebutuhan kita terpenuhi.Kebutuhan dasar manusia adalah keterhubungan bersama orang lain (relatedness), kompetensi diri (competence) dan kebebasan memilih pilihan (autonomy) (Dunn dkk, 2014) https://makanberkah.com/ .

Penelitian di 136 negara, pengeluaran prososial terjalin erat bersama kebahagiaan, lepas berasal dari tingkat pendapatan, dukungan sosial, persepsi kebebasan maupun persepsi berkenaan korupsi. (Akin dkk, 2013).
Selain itu Seno juga mengutip laporan World Happines Index 2017 yang dilakukan di 155 negara. Di sini disebutkan bahwa Norwegia tersedia di peringkat 1 dan Indonesia tersedia di rangkaian ke-81.  

Seno mengatakan bahwa survei World Happines Index ini menjadikan generosity atau derma duwit sebagai tidak benar satu segi yang berkontribusi pada kebahagiaan.

Dan menurut hasil survey World Giving Index 2017 Indonesia tersedia di kategori tinggi. Ada di rangkaian kedua (60%) setelah Myanmar (65%). Survey ini mengungkapkan tiga segi perilaku berikan yakni mendukung orang asing, derma duwit dan mengfungsikan pas sebagai sukarelawan.  Temuan survey tersebut juga menyatakan bahwa lima tertinggi yang tersedia di rangkaian index tersebut ternyata bukan negara maju, yakni Myanmar, Indonesia, Malta, Islandia, dan Thailand. Tahun pada mulanya Indonesia tidak memasuki lima besar, tetapi 10 besar (lima tahun). Namun th. 2017 ini mempelihatkan perubahan yang drastis.

Melihat apa yang dipaparkan oleh Seno, maka perihal ini (derma, kebahagiaan) telah diajarkan dalam Islam. Dalam konteks kekinian, sosok yang mengajak orang untuk bersedekah adalah Yusu Mansur. Yusuf Mansur lebih banyak berbicara berkenaan ajakan sedekah dan memaparkan pengaruh sedekah yang telah dirasakan banyak orang. Dan berasal dari ceramah Yusuf Mansur tersebut telah banyak orang yang jalankan sedekah dan dibalas sedekahnya itu bersama balasan yang jauh lebih baik.

Para motivator yang juga pebisnis/pedagang juga berpikiran bahwa sedekah terlalu berfaedah kepada bisnis seseorang dan kondisi seseorang. Mereka gencar menyampaikan faedah sedekah atau share dikarenakan percaya bersama janji Allah SWT dan Rasulullah SAW.

“Siapakah yang senang berikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya bersama lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNyalah anda dikembalikan.” (QS. Al Baqarah: 245).  

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa bersama sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) kembali Maha Mengetahui.” (QS Al. Baqarah: 261).

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada  Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS. Al Hadid: 18).

“Sedekah sanggup menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi)

“Harta tidak akan berkurang bersama sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf tentu akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim)

Dan masih tersedia kembali dalil yang berupa ayat Alquran dan Hadis yang belum saya cantumkan di sini. Intinya, bersama sedekah Allah akan membalas berlipat ganda. Sedekah sanggup menghapus dosa. Sedekah juga tidak kurangi harta.

Dengan bukti-bukti yang telah dikisahkan oleh para pelaku sedekah dan juga hasil riset dan survei yang saya paparkan di paragraf sebelumnya, muncul bahwa uang, senang dan sedekah punyai pertalian erat.

Dalam ajaran Islam, duwit atau rezeki adalah dukungan Allah SWT.  Dan dalam tidak benar satu ayat yang saya kutip di atas Allah SWT lah yang menyempitkan dan melapangkan rezeki seseorang. Dan ajaibnya, orang yang uangnya disedekahkan sepanjang ini tidak tersedia yang mengeluh bangkrut. Memang tersedia pas yang kudu dilewati dikarenakan kapan balasan berasal dari sedekah itu didapat hanya Allah SWT saja yang tahu.

Adanya normalitas orang Indonesia yang senang berderma atau bersedekah adalah sebuah pertanda baik bahwa bangsa ini masih punyai modal sosial untuk hidup sebagai bangsa dan untuk tetap melindungi persatuan. Karena derma yang diberi tidak pandang suku, agama, ras dan asal usul.

Uang sebenarnya mutlak untuk hidup. Bahagia juga merupakan kebutuhan. Dan sedekah atau derma adalah jalan untuk tingkatkan kebahagiaan. Sebuah siklus kebahagiaan ternyata akan tetap berikan pengaruh positif. Punya uang, berderma/sedekah, selanjutnya merasakan kebahagiaan, dan juga mendapat balasan berlipat ganda. Lalu sedekah lagi, bahagia, mendapat balasan lagi. Lingkaran kebahagiaan yang mestinya jadi punyai semua orang. Sehingga mereka jauh berasal dari lingkaran setan penderitaan, lingkaran kemiskinan, lingkaran kejahatan. (efs)